Senin, 31 Januari 2011

SEJARAH PERKEMBANGAN KOTA

PENDAHULUAN
Kota, sebentuk kehadiran realitas sosial merupakan hal yang tidak mungkin lagi terseleksi dalam neraca perkembangan zaman. Kota adalah sebuah teritori yang pengertiannya terus berubah sejalan dengan dinamika kota itu sendiri. Kota tidak hanya mengemukakan wilayah goegrafis tertentu (place), tetapi juga seperangkat kegiatan (work), dan dinamika penduduk (folk) yang terus bergerak.
Kota merupakan museum besar dan bangunan-bangunan di dalamnya adalah artefak (benda-benda bersejarah) sebagai perwakilan dari nilai budaya. Orientasi suatu kota dapat dilihat dari pengalaman dan sejarah kota tersebut. Cara mengetahui sejarah atau asal usul kota tersebut dengan menemukan elemen penanda atau atribut penanda dari kota tersebut.
Kota berasal dari turunan studi perencanaan kota (urban planning) menjadi perancangan kota (urban design). Urban planning yaitu suatu kajian yang mengarah pada penataan ruang yang dekat hubungannya dengan kewilayahan lalu bermuara pada tata guna lahan dengan mengadaptasi setiap lekuk tata ruang perkotaan, sedangkan pada urban design, kota lebih berdimensi fisik dan lebih dekat dengan dinamika arsitektural dengan menekankan pada keindahan dan kenyamanan ruang-ruang perkotaan.
Benang merah kehadiran perkotaan tidak terlepas dari gesekan-gesekan spasial. Dalam sejarah, selalu saja ada yang ditelikung dan didominasi, digusur dan dikonversi demi terbentuknya sistem perkotaan yang seragam. Termasuk bagaimana lahan-lahan pertanian dikonversikan fungsinya menjadi kemegahan kota yang lebih strategis secara ekonomis. Industrialisasi tampak mewah bagi pertanian yang lengang dan terpojok. Desa-desa mengungsikan penduduknya secara tak sadar ke kota. Menggadaikan sawah untuk menjadi tenaga kerja di kota. Menjadi bagian kecil dari seluruh sistem perkotaan, sistem industri. Akan tetapi, seperti pernah dituturkan James C. Scott, selalu ada perlawanan sederhana, walaupun pada kenyataannya pembangunan kota terus berjalan.
KOTA ZAMAN MESIR KUNO 
Salah satu faktor penting yang berhubungan dengan lahirnya peradaban manusia adalah sungai. Di Asia dan Afrika lahirnya peradaban tertua umumnya terdapat di lembah-lembah sungai misalnya lembah sungai Nil di Mesir. Masyarakat yang tinggal di lembah sungai berusaha menaklukkan tantangan alam berupa banjir menjadi berfaedah bagi kehidupannya sehingga lahirlah peradaban lembah sungai.
 Lokasi Pusat-Pusat Peradaban Kuno Asia-Afika


1.   Pusat peradaban lembah Sungai Nil, Mesir
2.   Pusat paradaban lembah S. Eufrat dan Trigis, Mosopotamia
3.   Pusat paradaban lembah S. Indus, India
4.   Pusat paradaban lembah S. Huang Ho, China

 Letak goegrafi Mesir Kuno sama dengan Mesir modern sekarang yang tengahnya dialiri Sungai Nil, sungai terpanjang di dunia yaitu mencapai 6400 km, bersumber dari mata air Peg. Kilimanjaro, Afrika Timur. Ada 4 negara yang dilewatinya (Udanda, Sudan, Ethiopian, dan Mesir). Setiap tahun Sungai Nil selalu banjir, luapan banjir tersebut menggenangi kiri kanan sungai, sehingga menjadi lembah yang subur selebar 15-50 km.
 
 Lokasi Peradaban Mesir

Lembah sungai Nil yang subur mendorong masyarakat untuk bertani. Air sungai Nil dimanfaatkan untuk irigasi dengan membangun saluran air, terusan-terusan dan waduk. Keperluan irigasi, dibuat organisasi pengairan yang biasanya diketuai oleh para tuan tanah atau golongan feodal. Pemenuhan kebutuhan barang-barang serta untuk menjual hasil produksi rakyat Mesir, dijalinlah hubungan dagang dengan Tunisia, Mesopotamia dan Yunani di kawasan Laut Tengah. Peranan sungai Nil adalah sebagai sarana transportasi perdagangan. Banyak perahu-perahu dagang yang melintasi sungai Nil.
Peranan sungai Nil tersebut, antara lain banjir oleh sungai Nil meninggalkan lumpur di kiri kanan sungai sehingga membentuk lembah yang subur, untuk irigasi, serta sarana lalu lintas pelayaran dan perdagangan.
Sejarah politik di Mesir berawal dari terbentuknya komunitas-komunitas di desa-desa sebagai kerajaan-kerajaan kecil dengan pemerintahan desa. Desa itu disebut nomen. Dari desa-desa kecil berkembanglah menjadi kota yang kemudian disatukan menjadi kerajaan Mesir Hilir dan Mesir Hulu. Proses tersebut berawal dari tahun 4000 SM namun pada tahun 3400 SM seorang penguasa bernama Menes mempersatukan kedua kerajaan tersebut menjadi satu kerjaan Mesir yang besar.
Mesir merupakan sebuah kerajaan yang diperintah oleh raja yang bergelar Firaun. Sebagai penguasa, Firaun mengklaim atas seluruh tanah kerajaan. Rakyat yang tinggal di wilayah kerajaan harus membayar pajak. Untuk keperluan tersebut Firaun memerintahkan untuk sensus penduduk, tanah, dan binatang ternak. Ia membuat undang-undang dan karena itu menguasai pengadilan. Sebagai penguasa militer Firaun berperan sebagai panglima perang, sedangkan pada waktu damai ia memerintahkan tentaranya untuk membangun kanal-kanal dan jalan raya.
Sejak tahun 3400 SM sejarah Mesir diperintah oleh 30 dinasti yang berbeda yang terdiri dari tiga jaman yaitu Kerjaan Mesir Tua (3400 - 2160 SM) yang berpusat di Memphis, Kerajaan Tengah (2100 - 1788 SM) di Awaris, dan Mesir Baru  (1500 - 1100 SM) di Thebe.
Lahirnya kerajaan Mesir Tua setelah Menes berhasil mempersatukan Mesir Hulu dan Mesir Hilir. Sebagai pemersatu ia digelari Nesutbiti dan digambarkan memakai mahkota kembar. Kerajaan Mesir Tua disebut jaman piramida karena pada masa inilah dibangun piramida-piramida terkenal misalnya piramida Sakarah dari Firaun Joser. Runtuhnya Mesir Tua disebabkan karena sejak tahun 2500 SM pemerintahan mengalami kekacauan. Bangsa-bangsa dari luar misalnya dari Asia Kecil melancarkan serangan ke Mesir. Para bangsawan banyak yang melepaskan diri dan ingin berkuasa sendiri-sendiri. Akhirnya terjadilah perpecahan antara Mesir Hilir dan Mesir Hulu.
Kerajaan Mesir Tengah dikenal dengan tampilnya Sesotris III. Ia berhasil memulihkan persatuan dan membangun kembali Mesir. Tindakannya antara lain membuka tanah pertanian, membangun proyek irigasi, pembuatan waduk dan lain-lain. Ia meningkatkan perdagangan serta membuka hubungan dagang dengan Palestina, Syria dan pulau Kreta. Sesotris III juga berhasil memperluas wilayah ke selatan sampai Nubia (kini Ethiopia). Sejak tahun 1800 SM kerajaan Mesir Tengah diserbu dan ditaklukkan oleh bangsa Hyksos.
Sesudah diduduki bangsa Hyksos, Mesir memasuki jaman kerajaan baru atau jaman imperium. Disebut jaman imperium karena para Firaun Mesir berhasil merebut wilayah/daerah di Asia barat termasuk Palestina, Tunisia dan Syria.
Dari peninggalan bangunan-bangunan yang masih bisa disaksikan sampai sekarang menunjukkan bahwa bangsa Mesir telah memiliki kemampuan yang menonjol di bidang matematika, geometri dan arsitektur.
Peninggalan bangunan Mesir yang terkenal adalah piramida dan kuil yang erat kaitannya dengan kehidupan keagamaan. Piramida dibangun untuk tempat pemakaman Firaun. Arsitek terkenal pembuat piramida adalah Imhotep. Bangunan ini biasanya memiliki kamar bawah tanah, pekarangan dan kuil kecil di bagian luarnya. Tiang-tiang dan dindingnya dihiasi dengan hiasan yang indah. Di bagian dalam terdapat lorong-lorong, lubang angin dan ruang jenazah raja. Di depan piramida terdapat spinx yaitu patung singa berkepala manusia. Fungsi spinx adalah penjaga piramida.

KOTA ZAMAN MESOPOTAMIA-BABILONIA
Mesopotamia terletak di antara dua aliran sungai yaitu sungai Eufrat dan Tigris. Daerah di sekitar kedua sungai itu tanahnya sangat subur dan bentuknya melengkung seperti bulan sabit sehingga sejarawan dari Amerika Serikat yaitu Breasted menyebut Mesopotamia dengan ungkapan “The Fertile Crescent Moon” (daerah bulan sabit yang subur)
Sejarawan Yunani kuno yang bernama Herodotus menyebut Mesopotamia sebagai “Tanah surga yang cantik jelita”. Keadaan tanah yang subur serta sungai-sungai yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan merupakan faktor pendukung bagi tumbuhnya peradaban suatu bangsa. Karena letaknya pada suatu dataran yang luas tanpa pertahanan alam yang memadai maka perkembangan Mesopotamia menjadi sasaran perebutan bangsa-bangsa di sekitarnya untuk mendiami daerah tersebut. Bangsa-bangsa yang pernah mengembangkan peradabannya di Mesopotamia adalah Sumeria, Akkadia, Babilonia, Assyria dan Babilonia Baru.
Bangsa Sumeria adalah bangsa yang pertama mendiami Mesopotamia. Mula-mula daerah tersebut berupa rawa-rawa. Setelah dikeringkan daerah tersebut menjadi pemukiman yang dihuni oleh kelompok masyarakat yang teratur. Kota yang dihuni tertua adalah Ur dan kemudian Bangsa Sumeria mengembangkan kehidupannya dengan mengusahakan pertanian. Untuk mengairi tanah pertaniannya dibuatlah saluran air dari kedua sungai itu. kejayaan peradaban Mesopotamia itu bertumpu pada pola pengembangan bercocok tanam pertanian yang didukung sistem irigasi dan pembuatan kanal-kanal pengaliran air untuk penyuburan sawah-ladang.
Kerajaan Babilonia tamat total setelah bala tentara Yunani pimpinan Alexander Yang Agung (Iskandar Zulkarnaen) menginjakkan kakinya ke kawasan itu tahun 332 SM.

KOTA ZAMAN YUNANI KUNO
Zaman Yunani Kuno merupakan awal dari urban design, tidak didesain di atas meja melainkan on site design, berskala manusia, dan berusaha menyatu dengan alam.
Orang-orang Yunani Kuno menerapkan kaedah perencanaan geometri (geometric planning) dalam perencanaan berbentuk pelabuhan. Sistem ini juga dikenali sebagai negara pelabuhan (City State) seperti Athens, Sparta, Olynthus dan Miletus.
Seorang tokoh yang memperkenalkan sistem grid dalam perencanaan bentuk pelabuhan Yunani ialah Hippodamus, yang berasal dari pelabuhan Miletus.
Grid pattern yang diperkenalkan oleh Hippodamus ini sangat ringkas yaitu membagi setiap denah-denah tanah berdasarkan persilangan jalan-jalan yang lurus pada sudut yang tepat. Walaupun berbentuk ringkas tetapi bentuk ini sangat praktis.
Penggunaan sistem ini mengurangi masalah pembagian denah-denah tanah kecil yang biasa dihadapi dan sukar diatasi. Sistem ini sangat sesuai bagi orang-orang Yunani Kuno karena merupakan satu bangsa yang sangat aktif membuka penempatan-penempatan baru di sekitar Lautan Mediteranian.
Orang-orang Yunani bukanlah bangsa penjajah tetapi merupakan ahli pelayaran yang terbaik, meluaskan pengaruh di sekitar Lautan Mediteranian dengan membuka koloni-koloni baru. Grid pattern juga memudahkan orang-orang Yunani membangun infrastruktur-infrastuktur seperti bantaran air, jalan dan sistem pembuangan sampah. 
 
 Corak Grid yang Diperkenalkan oleh Hippodamus
 
Teknologi yang ada pada tahun 900 SM hingga 400 SM dibandingkan dengan teknologi pada masa sekarang, menunjukkan bahwa membangun sistem bantaran air dan pembuangan sampah bukan suatu perkara yang mudah. Lebih-lebih lagi infrastruktur-infrastruktur yang dibangun akan digunakan oleh 10.000 penduduk. Grid pattern menawarkan pembangunan infrastruktur yang sistematik. Gorong-gorong dibangun untuk menyalurkan sisa buangan ke laut dan gorong-gorong khas juga dibangun untuk menyalurkan sumber air kepada penduduk-penduduk pelabuhan tersebut.
Perencanaan grid pattern kebiasaannya digunakan di kawasan-kawasan pelabuhan yang bertanah landai. Sistem ini menjadi praktis karena setengah pelabuhan Yunani musnah semasa peperangan. Situasi ini memudahkan aplikasi perencanaan bentuk grid. Sistem ini mudah digunakan untuk perancangan pelabuhan-pelabuhan baru.
Hippodamus merasakan ialah dengan perencanaan. Corak perencanaan bentuk ini tidak memerlukan biaya yang besar untuk membangun infrastruktur pelabuhan. Cara ini meringankan beban pihak penguasa yang tidak mampu membiayai pembangunan kembali pelabuhan yang musnah dengan mengikuti perencanaan bentuk asal. Grid pattern juga dapat dibangun dengan cepat, sejajar dengan langkah pihak berkuasa untuk memastikan penduduk-penduduk yang selamat dalam peperangan, dibekali perumahan dan infrastruktur yang mencukupi dalam jangka waktu yang singkat.
 Gambaran Perencanaan Bentuk Pelabuhan Priene yang Dibangun Berdasarkan Grid Pattern
 
Grid pattern Yunani ini bisa dikaitkan dengan perencanaan bentuk klasik dan ideologi demokrasi sebagai image sistem politik Yunani Kuno.
 
KOTA ZAMAN ROMAWI KUNO
Grid pattern juga digunakan pada zaman Romawi Kuno. Orang-orang Romawi memperkukuhkan budaya dan pengaruh Yunani Kuno, dan menyebarkannya ke seluruh kerajaannya yang memerintah selama lebih kurang 1000 tahun.
Pelabuhan Roma, ibukota kerajaan Romawi dibangun dengan grid pattern dengan penampilan dua jalan raya utama yaitu ‘Cardo dan Decumanus’ sebagai ikon perencanaan bentuk pelabuhan tersebut. Cardo dan Decumanus merupakan dua jalan raya utama yang bersilang pada sudut tepat pada arah Utara-Selatan dan Timur-Barat yang dibangun di sepanjang bangunan-bangunan dan monumen-monumen utama dalam pelabuhan Roma. Bangunan-bangunan tersebut merupakan bangunan utama pusat-pusat pemerintahan. Pembangunan dua jalan raya tersebut memberi banyak keuntungan pada kerajaan Romawi. Jalan raya ini mengurangi kesesakan traffic di kompleks bangunan pusat pemerintahan kerajaan karena lebar dua jalan raya ini lebih besar daripada jalan-jalan lain.
Roma menggunakan skala monumental dan lebih mengutamakan proporsi, bukan menggunakan skala manusia seperti pada zaman Yunani Kuno. Gereja St. Peter digunakan sebagai axis kota.
Dua jalan raya tersebut meningkatkan nilai fungsi bangunan kerajaan sebagai objek dan ruang yang terpenting dalam pelabuhan Roma dibandingkan dengan bangunan-bangunan biasa yang lain, menonjolkan ikon pelabuhan Roma sebagai sebuah ibukota dan pelabuhan pemerintahan dalam kerajaan Romawi. Sistem ini juga digunakan di pelabuhan-pelabuhan lain termasuk pelabuhan-pelabuhan di tanah jajahan. Pelabuhan-pelabuhan ini diperintah oleh gubernur-gubernur yang dilantik oleh kerajaan pusat. Kompleks bangunan kerajaan dibangun oleh gubernur-gubernur Romawi sebagai tempat urusan pemerintahan. Sistem ini melambangkan kekuatan dan kemegahan kekuasaan kerajaan Romawi di tanah-tanah jajahan di sepanjang pantai Lautan Mediteranian. Model perencanaan bentuk ini dikenali sebagai perencanaan bentuk pelabuhan castrum yang berasal dari lokasi militer laskar-laskar Romawi yang dapat dijumpai di beberapa pelabuhan dalam Kerajaan Romawi dari pelabuhan Timgad di Algeria, Afrika Utara hingga pelabuhan Silchester di Inggris, Eropah Utara.
Pelabuhan Timgad, Algeria merupakan sebuah pelabuhan Romawi Kuno yang dibangun berlandaskan perencanaan bentuk pelabuhan castrum (kemiliteran) berdasarkan sistem grid. Dua fraksi utama yaitu Cardo dan Decumanus bertemu pada satu ruang bangunan Forum. 
Gambaran Perencanaan Bentuk Pelabuhan Castrum
 
KOTA ZAMAN ABAD PERTENGAHAN
Dua peradaban besar (Yunani Kuno dan Romawi Kuno) sebelumnya mengajarkan beberapa konsep perancangan kota, diantaranya adalah sistem zoning, public parks, public goods, dan estetika bangunan.
Pada zaman ini diajarkan konsep-konsep lanjutan seperti konsep public service, hal ini ditandai dengan didirikannya beberapa rumah sakit gratis. Jalan-jalan tidak ada yang berlubang. Begitu pula dengan public place dan public service lainnya yang sangat diperhatikan. Environment for landscape berubah menjadi environment for people. Tidak berbeda dengan dua peradaban sebelumnya, estetika bangunan juga dipelihara meskipun tidak semegah arsitektur Yunani Kuno dan Romawi Kuno.
Zaman ini juga mulai dikenal beberapa konsep pembiayaan pembangunan yang adil dengan menarik pajak kepada masyarakat dan mendistribusikannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembangunan, penyediaan public service dan public goods. Perancangan kota tidak hanya berkembang secara fisik tetapi juga non-fisik, terutama dalam bidang government dan finance.
Zaman abad pertengahan berakhir yang ditandai dengan perkembangan Islam di Eropa (jatuhnya Kota Kontatinopel) dan penemuan bubuk mesiu dari China, dimulailah zaman Eropa baru yang dikenal dengan zaman Renaissance.
 
KOTA ZAMAN RENAISSANCE
Awal periode ini dimulai di kota-kota Italia, seperti Venesia, Genoa, dan Florence sejak runtuhnya ajaran feodalism pada abad ke-14 Masehi dan menyebabkan semakin kecil jumlah anggota dewan gereja, kastil, dan penguasa sistem pertanian yang otonom. Kekuatan penguasa kota tergeser oleh komunitas para bangsawan dan para pedagang, hal ini mengakibatkan sistem perdagangan antar kota berkembang begitu pesat. Selain itu berkembang pula kota-kota dengan pusat-pusat tertentu, seperti pusat militer, pertambangan, dan judi.
Pembangunan kota zaman Renaissance dikembangkan dengan perencanaan sismatis yang ideal, dengan perhitungan matematika rasional, sehingga menimbulkan gerak yang statis. Manusia menjadi patokan dan ukuran proporsi bangunan. Pada periode ini ditemukan pertama kali metode gambar dengan menggunakan perspektif. Selain itu dikembangkan konstruksi segi lima sisi atau pontagram yang dibatasi oleh titik-titik potong, menunjukkan proporsi Polongan Kencana, dikonstruksikan sebagai bintang.
Denah Kota Palmolova yang dirancang oleh arsitek Scamozzi (1552-1616) yang dibuat dengan skema berbentuk bintang segi sembilan yang betul-betul simetris mempunyai banyak kelebihan. Skema sama sekali tidak berubah walaupun telah mengalami perkembangan selama ratusan tahun, hal ini disebabkan karena skema dasar yang ideal, sehingga dalam perkembangannya skema ini tetap aktual.
Zaman abad pertengahan, pembuatan bangunan suci dan bangunan umum betul-betul dipisahkan. Pada zaman Renaissance pembangunan bangunan umum sama pentingnya dengan pembangunan istana. Kekayaan milik keluarga dijadikan barang pameran untuk mendapatkan popularitas.
Gaya Renaissance yang menekankan kesederhanaan yang seimbang adalah gaya arsitektur yang dibuat menurut teori bahwa badan bangunan harus berbentuk kubus melebar. Menempatkan halaman/ taman di bagian tengah bangunan, bentuk luar bangunan dibuat dengan aturan yang sesuai dengan tuntutan keseluruhan.
Zaman Renaissance, manusia dianggap mampu mengelola alam semesta dan manusia dapat menguasainya hanya dengan ilmu pengetahuan. Semakin banyak orang yang menguasai bidang keilmuan mendorong timbul terjadinya revolusi industri.
 
KOTA ZAMAN REVOLUSI INDUSTRI
Kota yang berkembang pada zaman revolusi industri pada dasarnya dilandasi pertimbangan sebagai upaya untuk mengatasi masalah perkembangan kota besar yang semakin hebat karena tekanan penduduk dan kegiatan usahanya.
Zaman revolusi industri ini merubah pola kota menjadi lebih bervariasi, yaitu menempatkan pabrik di areal sub-urban. Pada zaman ini engineering berkembang begitu pesat. Zaman Yunani Kuno hingga zaman Reinaissance, science mendapatkan tempat yang tinggi, namun science berkembang terus menuju engineering yang merubah dunia menjadi semakin cepat.
Terdapat 2 (dua) jenis kota pada zaman revolusi industri. Pertama, kota pekerja (workers town) berupa permukiman skala besar yang dibangun intensif, meliputi rumah gandeng di dekat sekitar pisat perindustrian pada kota besar yang sudah tumbuh dan berkembang. Kedua, kota satelit (satelite town) yaitu kota yang didirikan untuk menempatkan pekerja tetapi tidak terletak di dalam kota yang sudah tumbuh dan berkembang sebelumnya, melainkan di lokasi tersendiri yang berjarak tidak terlalu jauh dari kawasan pusat perindustrian.
Kedua bentuk kota pekerja ini direncanakan dan dibangun dengan motivasi kaum industrialis secara besar-besaran, jadi pembangunannya ditujukan untuk menunjang perindustrian, sehingga dapat diperoleh keuntungan sebesar-besarnya, dengan tersedianya permukiman pekerja, maka diharapkan dapat dihimpun tenaga kerja yang semurah-murahnya.
Motivasi kapitalis tersebut menyebabkan lingkungan permukiman di kawasan industri semakin mengalami degradasi sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Pola fisik zaman ini dicirikan dengan penggunaan lahan yang sangat intensif, yaitu dalam bentuk rumah susun gandeng dengan ukuran unit berkepadatan tinggi, penyediaan prasarana dan sarana lingkungan yang sangat efisien.
Kemunculan kedua jenis kota tersebut merupakan dasar tumbuhnya ide kota baru modern sebagai reaksi terhadap kegagalan-kegagalannya.
 
KOTA ZAMAN MODERN
Reaksi terhadap permukiman pekerja dan permukiman satelit pada zaman revolusi industri, dikembangkan konsepsi Garden City sebagai suatu inovasi untuk memecahkan masalah permukiman kota-kota yang padat industri, dicetuskan pertama kali oleh seorang reformis kemasyarakatan Bangsa Inggris, Ebenezer Howard.
Dasar falsafah Howard tentang kota baru adalah bahwa bagian-bagian dari kota harus merupakan suatu organisme yang berkaitan satu sama lain serta ada pembatasan fungsional, sehingga setiap perkembangan mempunyai kaitan dengan perkembangan kota tersebut secara keseluruhan.
Atas dasar falsafah inilah kemudian ia mengembangkan ide Garden City yang prinsipnya mengembalikan manusia pada lingkungan permukiman yang manusiawi, mengembalikan hubungan erat antara manusia dan lingkungan, meningkatkan kualitas kehidupan secara bermasyarakat dan ekonomis.
Secara konseptual, ide Garden City ini didasarkan pada kenyataan yang perlu diperbaiki, yaitu suatu kehidupan yang sudah dianggap tidak manusiawi di kota besar yang mengutamakan kegiatan kerjanya di bidang industri.
Keadaan permukiman pekerja pabrik-pabrik khususnya, dilukiskan sebagai suatu lingkungan yang telah mengalami degradasi drastis di segala bidang kehidupan dan penghidupan, yaitu degradasi kemasyarakatan dan moral, degradasi lingkungan fisik dan degradasi kehidupan ekonomi.
Penduduk pedesaan yang melihat kesempatan kerja di kota besar semakin tertarik untuk pindah ke kota. Keadaan inilah yang kemudian dilihat oleh Ebenezer Howard sebagai suatu hal yang makin memperbesar degradasi tersebut. Di samping itu, Garden City juga akan berperan untuk menghambat perpindahan penduduk pedesaan ke kota besar, seperti dikatakannya “A Concept of Town Counter Magnet”.
Konsepsi Garden City bertitik tolak dari reaksi terhadap kemerosotan kualitas dan kondisi kehidupan di kota besar akibat revolusi industri, maka untuk mengembalikan lingkungan kehidupan baru yang dapat mengurangi atau menghilangkan kemerosotan kehidupan di kota besar adalah dengan cara menyerap sebagian penduduk dan kegiatan usaha kota besar tersebut ke lingkungan baru di sekitar kota besar.
 
KOTA ZAMAN POST-MODERN
Arsitek selama ini terus berusaha bagaimana menciptakan desain bangunan yang bebas berdiri sendiri, lepas dari site dimana bangunan tersebut nantinya akan berdiri. Bangunan seolah-olah melayang di angkasa, arsitektur modern yang tanpa batas. Hal ini mengabaikan tradisi dari arsitektur landscape yang memperhitungkan site dalam perancangannya.
Situasi seperti ini diperhatikan oleh arsitek terutama dalam peletakan zoning. Zonning dapat mengelompokkan bangunan sesuai fungsinya, tetapi juga dapat memisahkan area hunian dan area penunjang hidup lainnya, sehingga nantinya muncul ketergantungan pada transport yang akan memerlukan sirkulasi-sirkulasi baru.
Contohnya yang terjadi di AS dimana area hunian dan area penunjang lainnya membentuk suatu kompleks megapolitan. Kemudian berkembang dengan hadirnya area kerja disekitarnya, lalu berkembang lagi dengan area hunian baru disekelilingnya. Demikian seterusnya yang kemudian menjadi daerah sub-urban pada daerah pinggiaran. Hal ini terjadi terus menerus hingga pada akhirnya ujung masing-masing kota akan bertemu.
Para jurnalis juga ikut melimpahkan kesalahan pada perancangan design kota yang tidak terencana dengan baik pada awalnya. Beberapa tahun kemudian para penulis ikut menuliskan bahwa hal yang terbaik yang dapat dilakukan adalah membentuk kota-kota kecil (distrik) yang tersusunn rapi dan terhubung dengan baik. Misalnya pada rute-rute utama di Amerika yang membagi hunian dan bangunan komersial lainnya menjadi blok-blok.
Kritikan tersebut mulai diluncurkan terhadap kota modern sejak tahun 1960an. Dari beberapa proposal mengenai perbaikan kota secara besar-besaran, ada 3 nominasi utama yaitu: Contekstualism, Populism, dan Contemporer City.
Contekstualism dan Populism merupakan merupakan hasil analisa dan perbandingan dengan piazzas dari Roma dan traffic di lalu lintas Las Vegas. Sedangkan Contemporer City merupakan perbandingan dengan kota Manhattan yang tata kotanya diatur berdasarkan pada gid-grid.

Contekstualism
Perencanaan kota yang tidak terpikirkan secara sistematis akan membahayakan keseluruhan tata kotanya. Akhirnya design yang ada saling terpisah dan tidak ada pemersatunya. Fragmen-fragmen yang ada menjadi bagian yang tersendiri. Contekstualism ingin mengambil garis persamaan dalam design untuk menyatukan kota secara keseluruhan.
Bartes menyarankan agar kita mengartikan kota kedalam kata-kata. Cara linguistik seperti ini merupakan salah satu cara untuk mengkodekan makna-makna arsitektural. Cara lain adalah dengan memfilmkannya, karena menurut Scumi, film dapat menyimpan ruang dan waktu.
Sebenarnya masih ada satu cara lagi untuk memahami kota yaitu apabila kota itu sendiri menyatakan diri pada kita. Struktur kota dianggap terlalu puitis, sehingga akhirnya sudut pandang secara Gestalt lebih dipilih untuk menjelaskan kota pada orang awam. Path, edge, nodes, dan distrik dapat lebih mudah dipahami ketimbang kata-kata yang terlampau rumit.
Aldo Rossi menyatakan bahwa keseragaman kota dapat ditempuh dengan mengadakan perulangan design pada tata kotanya. Namun hal ini nantinya akan menjadikan kota terlalu monoton karena adanya unsur perulangan pada setiap designnya. Sementara itu Leon Krier menuliskan bahwa tata kota merupakan hal kritis yang harus segera ditangani. Menghubungkan kota yang satu dengan kota yang lain menurut tipologi lingkungan yang ada. Dia menyimpulkan simbol-simbol pada area publiknya akan menunjukan  etika masyarakatnya.
Menjadi tanda tanya besar “Bagaimana arsitek dapat menyatakan simbol-simbol tertentu kedalam bangunan 3 dimensi ataupun 2 dimensi”. Padahal dalam kenyataannya arsitek mendesain bangunan menurut kebutuhan kliennya. Pada akhirnya dilihat dari segala segi, mulai struktur, ekonomi dan pola urban, terciptalah bentuk kotak.
Pola kontemporer
Ide untuk menciptakan area-area arsitektural berupa pulau. Hal ini menjadikan tantangan buat para designer untuk melakukan perombakan besar-besaran terhadap apa yang selama ini dikenal sebagai tata kota. Merujuk pada prinsip post-modern tentang historical, maka design kota akan tetap mempertahankan kota yang telah ada. Perubahan yang terjadi ialah pada bangunan-bangunan yang akan didirikan yang harus menjadi massa penghubung antara masa lampau, masa kini dan prospek kota dimasa depan.
Kota ini nantinya harus sesuai denga dimensi manusia sebagai penghuninya. Design kota secara keseluruhan, sirkulai kendaraan, masalah-masalh lingkungan, impian dalam mendesign area sub-urban dan material yang ada, konstruksinya dan metode pelaksanaanya.
Teori baru inilah yang nantinya akan berkembang menjadi Neo-tradisionalism yg justru menolak teori kontemporer. Perdebatan sengit terjadi diantara para teoritis. Pada akhirnya disetujui bahwa tata kota harus dapat merujuk pada sisi historical dengan cara mendesign kota baru dan dapat mensimulasikan tradisi yang beredar dimasa itu dan di tempat itu pula.
Ada beberapa teknik yang mudah untuk diaplikasikan :
§      Pengaturan jalan dan sistem komunikasi sebagai penghubung antar masyarakat. Jalur/ rute jalan yang mana nantinya akan membentuk pola kota.
§      Menanggulangi ke-kuno-an design karena budaya dengan mengganti design-design baru yang menyenangkan.
Setiap sistem kota memiliki kemampuan berkembang sendiri tanpa mengubah eksistensi tata kota secara keseluruhan. Sebagai contoh objek, 
 Proyeksi Jalan Tembus, Penghubung, dan Jalan Besar New Heaven, Connenfticut
Habitat, Monteral - Arsitek : Moshe Safdie
 Graphic Arts Center Project, New York - Arsitek : Paul Rudolph
 
DAFTAR PUSTAKA
Gosling, David & B. Maitland (1984). Concepts of Urban Design, St. Martin’s Press, New York.
Spreiregen, Paul. D (1965). The Architecture of Towns and Cities, McGraw-Hill Book Company, New York.
 

3 komentar: